Selasa, 16 April 2013

Artikel Writing Day 2013

Postingan sebelumnya sudah membahas tentang Writing Day tahun 2013 dan artikel dari pemenang kedua. Postingan kali ini berisi artikel dari pemenang pertama. Selamat menikmati! :)




Saya Ingin Jadi Amrozi

            “Jangan jadi Amrozi, Us!” Yah, begitulah kata sebagian mereka ketika mengetahui saya diterima di jurusan kimia. Sebegitu seramnya kah? Sebegitu rusaknya kah reputasi jurusan ini di mata mereka? Tentu saja tidak mudah menjelaskan kepada mereka. Karena saya sendiri belum mengerti apa yang akan saya dapatkan di jurusan ini waktu itu. Yang ada dipikiran saya waktu itu hanyalah bagaimana caranya agar orang tidak mengetahui kekecewaan saya. Kekecewaan mengapa saya ‘hanya’ bisa diterima di jurusan kimia. Jurusan yang sangat kecil di mata orang. Jurusan yang banyak di remehkan orang. Jurusan yang dipandang sebelah mata banyak orang. Jurusan yang benar-benar tidak saya inginkan waktu itu, sekali lagi waktu itu. Hari-hari saya lalui dengan terus sembunyi dibalik senyum palsu tanda kebanggaan saya sambil terus berharap waktu berjalan lebih cepat. Karena terkadang kata-kata tidak mampu menjelaskan apa-apa. Seraya membesarkan hati orang-orang kesayangan. Membesarkan kimia di mata orang-orang.
            Tak terasa sudah masuk semester keenam. KIMIA FMIPA ITS. Di kampus ini, kampus pejuangan. Perjuangan bagi saya untuk bisa melahap semua menu makanan yang diberikan, bernama kimia. Makanan yang jelas-jelas saya benci. Hingga sampai sekarang pun terkadang masih sering bertanya mengapa saya di sini? apa yang sudah saya dapat? apa yang sudah saya bagi? Seraya itu pula hatiku diam. Sesekali hatiku menjawab lirih kemudian hilang. Sesekali nuraniku mendengar namun kembali samar-samar. Saya rasa sebagian kita merasakan. Merasakan bahwa kita tidak benar-benar serius ada di sini. Kita yang merasa jiwa raganya ‘terjebak’ di sini. Entahlah.
            Pikiran saya kembali mengingat apa yang orang katakan kepada saya sekitar 2,5 tahun yang lalu. Tentang Amrozi bin Nurhasyim, The Smiling Bomber. Salah satu orang hebat yang pernah saya tahu. Orang hebat yang banyak dicemooh masyarakat. Terlepas dari kebenaran tindakan yang dilakukan, beliau merupakan contoh nyata. Beliau telah mampu mengaplikasikan ilmu kimia yang dimilikinya dan diterjemahkan dalam bentuk bom. Bom dahsyat yang membumihanguskan Bali 2002. Perbuatan yang membuat semua orang mengutuknya. Apapun itu, saya tetap salut. Tetap saja beliau lebih hebat. Beliau bukanlah orang yang berlatarbelakang kimia. Namun dengan semangatnya beliau mampu meramu bahan-bahan kimia dengan komposisi yang tepat hingga menghasilkan bom yang maha dahsyat. Sementara saya? Masih bingung cara menghasilkan gel yang baik. Masih bingung bagaimana menurunkan rumus schrodinger. Yah, begitulah. Namun, seiring berjalannya waktu perlahan saya mulai mengerti mengapa saya di sini, di jurusan ini. Kekecewaan saya perlahan berubah jadi kebanggaan. Bukan saatnya lagi untuk menyesal. Yang terpenting sekarang ialah berfikir bagaimana bisa bermanfaat. Bahwasanya dengan kimia mu, kamu bisa melakukan apapun. Ya! apapun. Lakukan dengan kimia mu. Mulai dari lingkungan terkecil di sekitarmu, hingga yang luas. Tanamkan pada dirimu bahwa Tuhan tidak menurunkan takdir begitu saja. Tuhan memberikan takdir sesuai apa yang kita lakukan. Jika kita mau berusaha, Tuhan akan memberikan takdir kesuksesan. Jika kita lengah dan malas, Tuhan akan memberikan kegagalan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan. Indonesia sangat butuh tangan-tangan manusia yang tulus berbuat. Tulus berbuat menuju perbaikan. Tanamkan semangat Amrozi dalam dirimu. Semangat berbuat tanpa pamrih. Ingatlah bahwa jika kamu menginginkan sesuatu yang belum kamu miliki, maka kamu harus melakukan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan. Berbuatlah dan jalankan semua impianmu, karena sebenarnya dalam dirimu telah terdapat energi dan kemampuan untuk melakukan apapun. Amrozi tetaplah Amrozi. Yang menularkan semangat buat saya dan buat mereka yang mengerti. Bukan semangat dalam bomnya. Melainkan semangat dalam kucuran keringatnya dalam membuat perubahan. Tulisan ini mungkin mewakili mereka yang merasa jiwanya ‘terjebak’ di sini. Tapi percayalah, kimia yang akan membawamu menggapai semua yang kamu inginkan. Termasuk perubahan buat Indonesia. Negara yang sama-sama kita cintai. Negara yang sangat merindukan orang-orang hebat sepertimu. Katakan pada semua orang yang meremehkan, “Saya ingin jadi Amrozi”.


                                                                                                                        Firdaus Syarif


2 komentar:

  1. bagus bagus bagus, saya suka baca tulisannya,
    ayo us, tularkan juga semangat "ngeyelmu" lewat tulisan, jadikan buku, cetak, kasih kenangan sebelum kau dibebaskan dari jurusanmu tercinta,,,,
    semangat buat teman2 yang lain selamat berkarya, semangat untuk KIMIA berjaya

    BalasHapus
  2. luar biasa kakak, setiap pilihan itu terkadang Tuhan sudah mengaturnya. saya salut baca tulisan kakak

    BalasHapus