Garbage Waste Solution
Mungkin
sebagian orang selalu menilai bahwa, orang lulusan kimia hanyalah menjadi seorang ilmuan yang hanya
berkutat dengan alat-alat praktikum. Tapi dilain dari itu seorang ilmuwan
adalah orang fundamental yang akan merubah setiap pemikiran-pemikiran dahulu
yang salah. Sebenarnya banyak hal yang bisa kiita korek dari segi kimia, kita
hidup tak lepas dari unsur-unsur kimia. Dalam artikel ini saya akan membahas
sebuah konflik kecil yang sangat kecilnya hingga jadi booming di masyarakat.
Konflik kecil ini akan saya kupas melalui pandangan kimia.
Konflik
tersebut adalah cara membuang sampah Masyarakat Indonesia serta tempat membuang
sampah rumah tangga maupun sampah industri. Sebenarnya sudah banyak hal yang
dapat dilihat mulai dari tahun ke tahun data BPS tidak menunjukkan grafik
penurunan terhadap jumlah populasi manusia di Indonesia. Sebanding lurus dengan
jumlah sampah yang di produksi ole Masyarakat Indonesia tapi tempat pembuangan
sampah yang semakin sedikit serta terbatasnya sumber daya alam yang dapat
menguraikan semua sampah yang ada.
Contohnya
di Surabaya sendiri, Menurut Wawan Some aktivis lingkungan di Surabaya
mengungkapkan bahwa pada tahun 2006 sampah plastik di Surabaya ada 960.000 ton
pertahun. Dari tahun ke tahun produksi dan konsumsi air kemasan terus meningkat
dan pada tahun 2012 produksi air kemasan mencapai 19 Milyar liter, padahal
botol plastik merupakan produk sekali pakai. Bedasarkan data dari BPS tahun
2004, total timbunan sampah yang terangkut dan dibuang ke TPA berjumlah sekitar
41,28%, dibakar 35,59%, dikubur 7,97%, dibuang sembarangan 14,01%, dan yang
terolah hanya 1,15%. Dengan begitu banyaknya sampah di Indonesia , hal yang
paling sering dilakukan masyarakat adalah membakarnya. Pembakaran sampah yang
paling berbahaya adalah pembakaran plastik. Saat dibakar plastik-plastik
tersebut akan melepaskan gas-gas seperti yang tertulis di paragraf sebelumnya.
Semua gas tersebut merupakan partikel beracun yang berpotensi menyebabkan
kanker.
Masalah
lain, sampah basah menyebabkan partikel-partikel yang terbakar akan beterbangan
dan bereaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel-partikel yang
tidak terbakar akan terlihat sebagai awan dalam asap. Hidrokarbon berbahaya,
adalah senyawa penyebab iritasi. Asam cuka dan penyebab kanker misalnya benzopirena. Benzopirena yang dihasilkan dari pembakaran sampah 350 kali lebih
besar dari asap rokok. Yang lebih parah adalah apabila sampah organik bercampur
dengan bahan-bahan sintetis. Pembakaran bahan tersebut akan menghasilkan gas
HCL yang korosif.
Memang
tidak dapat dipungkiri membakar sampah merupakan solusi yang tepat dengan
keadaan populasi manusia yang semakin banyak, serta ketidaktersediaan lahan
untuk mengolah sampah khususnya sampah anorganik. Untuk sampah organik banyak
yang bisa dilakukan yaitu mengolah menjadi barang-barang yang lebih berguna.
Pembakaran pada suhu kurang dari 1.1000 C akan menghasilkan dioxin.
Selain itu mungkin pula dihasilkan fosgen
yang dikenal sebagai racun yang digunakan pada Perang Dunia I. Bahan sintetis
yang mengandung nitrogen apabila dibakar pada suhu dia atas 6000 C
akan menghasilkan HCN, yaitu suatu gas yang sangat beracun. Sebaliknya apabila
pembakaran sampah basah pada suhu kurang dari 6000 C akan
menghasilkan isosianat. Yaitu senyawa
yang terkenal karena menyebabkan kecelakaan mengenaskan di Bhopal. Bahkan
membakar potongan kayu dapat membahayakan, karena akan menghasilkan senyawa
yang mengakibatkan kanker, formaldehida. Sementara
melamin dapat menghasilkan formaldehida
bila dibakar dengan suplai O2 banyak dan mengahsilkan HCN bila
suplai O2 kurang.
Hasil
temuan Agen Perlindungan Lingkungan Amerika menyatakan bahwa,“Asap api terbuka,
terutama dari pembakaran sampah, mengandung substansi penyebab kanker 350 kali
lebih besar daripada asap rokok”. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi
untuk mengubah emisi gas-gas dari hasil pembakaran sampah serta strategi untuk
menjaga lingkungan.
Solusi
baru yang ditawarkan adalah dengan menggunakan rumah sampah dimana konsep dari
rumah tersebut sebagai berikut ini,
1.
Pembakaran sampah di dalam Rumah Sampah
Sampah-sampah baik organik maupun
anorganik dikumpulkan menjadi satu dalam suatu tempat dirumah sampah lalu tepat
diatas tempat pembakaran diberi cerobong asap yang akan mengarah pada proses
selanjutnya, dimana proses selanjutnya adalah pengubahan gas CO2
yang terdapat pada hasil pembakaran sampah. Untuk gas-gas yang lain dapat
diatur dengan jalan temperatur disesuaikan dengan gas
buangan emisi dalam keadaan standart.
2.
Pengubahan
gas CO2 Menjadi CO dan O2
Clifford Kubiak, pofesor kimia dari
universitas california dapat membuat prototip yang dapat memisahkan gas CO2
menjadi gas CO dan gas O2. Untuk proses pemisahan tersebut,
dibutuhkan katalis yang mampu mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
Dalam proses ini , pemanfaatan semi konduktor dan dua lapisan tipis katalis.
Pemilihan semi konduktor juga merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya,
dimana besarnya energi foton yang diterima bisa menghasilkan energi listrik
yang optimal. Pada awalnya digunakan semi konduktor silikontetapi karna hasil
efisiensi kurang, maka digunakan galium-phospid sebagai semi konduktor yang
mempunyai kemampuan menagkap cahaya yang terlihat dibandingkan silikon. Dengan
hasil pembakaran dari cerobong gas awal akan di lewatkan dua plat katalis yang
dihubungkan juga dengan sinar matahari. Proses ini akan menghasilkan gas CO dan
gas O2 , walaupun gas CO berbahaya tetapi penggunaanya dapat
digunakan untuk industri kimia seperti pembuatan detergen. Gas CO dapat juga
diubah kedalam bahan bakar cair.
Dengan adanya konsep tersebut, sampah anorganik akan terolah dengan baik
sehingga, Indonesia bebas dari sampah. Tidak akan ada lagi banjir yang melanda
Indonesia, dan para ilmuan muda Indonesia, inilah proyek yang harus dilanjutkan
hingga gagasan ini tercapai.
Nama : Fitria Wahyu K.
Nrp : 1412100011
Aksi Reaksi Koordinasi :D
BalasHapushehehehe, spektra 2012 :D
BalasHapussaya mau tanya ....d mana saya bisa mendapatkan bisphenol A dan fosgen....apa di jual bebas di Surabaya..trims
BalasHapus